Saturday, August 20, 2016

Desert Point...barat daya Lombok

Nyubuh...Lembar..., duo surfer aussie. gasak lintas coastline sekotong. Desert Point bungalow... chef Adi dan menu olah-saji... trio doggy imut. I sketch you bule..., 

Kablet Pemalikan... 18 Juli 2016 :
"silaq nyumbang 20yu juluk", gitu ujar emak di portal utama. what for? si bule nanyak. Ya untuk kontribusi pembangunan fasilitas yang ada sir! macem perbaikan tanjakan 'JAHANAM' yang sudah di plester tadi. Dan saya-pun menebar pesan berantai..."kalian bisa saja nikmati trip Desert Point dengan paket murah yang started from Klungkung-Bali itu. Tapi yah gitu.. kalian gak akan pernah bisa nikmati Lombok yang sesungguhnya. Gak memberi pemerataan kesejahteraan bagi pelaku usahawan bidang wisata lokal dimari. Tolong sebarkan ke men-temen yg lain ya..dan amin-kan 100X. wabah Surfer Mover.




























Nyeket di pemalikan...,
Pelosok barat daya, antara kubah terik... dan kiriman angin selat, maha sueeejuk dari kanal samudra selatan. Nyeket menjadi selingan. Ada si surfer gaek mojok di kursi kantin lama...cengengesan sendiri sambil baca novel "Bali Raw" karya Malcolm Scott. (versi : under cover-nya Bali). Segelintir bule berpasangan di gazebo 2 lantai depan. Si cewek brazil yg berjemur dipelataran pasir abu-abu. Jadi ingat bait awal lirik You come to my senses-nya Chicago. Atau si cewek jangkung yang rela nongkrong bawah terik demi buru sinyal seluler terkuat. Spot yang beneran Hot-spot demi berharga-nya arus komunikasi. :)
Belum lagi seliweran amaq X, sipenjaja keliling es Campina asal Kediri. Sejauh itu rela dia tempuh demi sirkulasi income yang lebih menjanjikan. Sudah dia geluti 4 tahun terakhir.
Nimbrung pemalikan jadi berasa mengamati perkembangan wisata tiga gili era 90-an awal. Meski bisa lebih bersahaja lagi. Spot akumulatif-nya disitu" saja. Tingkat hunian bungalow disini gak lagi tergantung high/low season standar visitor. Tapi tergantung musim gulungan ombak/swell. Itupun hanya kisaran sekian hari saja. Sudah itu turis itu pada hengkang. Lenyap... membawa warna kesenyapan tersendiri bagi warga Kabelet-Pemalikan. Panas setahun dibilas laba pariwisata sekian hari. Prospektif... sekaligus rawan. Mengingat momen raih rejeki itu juga pernah mengundang sejumlah begal untuk datang cicip 'panen'. yah selagi gak ada perhatian langsung dari pemerintah kabupaten. Kabelet-Pemalikan akan tetap survive seperti sekarang. Akses gronjal yang mudah tergerus hujan. Hingga tanjakan "jahanam" itu kembali rusak. Untuk kemudian sesekali kami daki pake pick-up. Ngos-ngosan nanjak sampek kudu ajak warga petani lahan miring di bukit sana untuk naik bak mobil. Demi menambah daya berat..memicu erangan mesin. Kapan ganti SUV... atau sekalian bekal Ranger kayak musim duluan :)
NB : Disini...indera penciuman saya lebih tajam bekerja. hawa asin kelembaban udara-nya lebih terasa. Daripada berlama-lama habiskan waktu di pantai Ampenan. Be Nature with shore-line...,


No comments: