GARAM KEDOME,
Sempat bingung tentukan 2'nd alternatif kunjung. Pink Beach?.ah,.kog gak gitu menarik klo cuma sekedar view sight seeing. Selagi lewat pengkolan Kedome, sy langsung teringat rumah sobat lama si Daeng Hamid. Sawah garam dan 'pabrik' kecil di sudut luas lahan-nya bakal menarik. Dan tawaran itu mendapat respon antusias dari tamu.
Gitu balik dari TanjungLuar. Kami-pun anjangsana. Ternyata rumah itu sudah ganti pemilik. Hamid sdh hengkang lama ke Malaysia. Kami-pun balik arah sedikit ke timur cari lokasi rumah produksi garam yang lain. Disambut hangat oleh pemilik dan dengan ramah menjawab setiap pertanyaan tamu. Dari sawah garam hingga produksi masak manual. Cone-cone garam putih bertanggar rapi di atas 'wajan' kotak. Yang menarik bahan bakar-nya gak lagi mengandalkan kayu" bakau. Tapi disiasati memakai sekam dan tulangan tongkol jagung kering. Jadi sudah ramah lingkungan.
Kilas balik lagi..., petak lahan garam dan tambak berhias green-belt mangrove itu sebenarnya bukan tempat asing. Dulu, saya sering di ajak 'madak' berburu jenis ikan muara. Tepat tiba liburan semester. Nginap di rumah panggung si Hamid. kenangan paling manis klo dapat udang. Sekalian nenteng lampu petromak, udang langsung di panggang di kap lampu. Manis segar.. sesegar ingatan masa lalu. Nyaris lebih 20 tahun silam. Sayang gak ada adegan pekerja penimba air asin dari parit memasukkan ke petak lahan sawah garam. Kini sudah berganti pake mesin pompa.Alih perubahan yang lumrah. Tapi saya merindukan suasana serba manual itu. Miss the moment.
*catatan FB per-30 Juli 2016
No comments:
Post a Comment