Saturday, October 27, 2012

Saturday, October 20, 2012

manusia Sungai

Berkali kesempatan acap saya masih di bikin penasaran terhadap aktivitas tema sungai. Entah berangkat dari ketertarikan apa. Belum nemu jawaban!
Entah dari sekedar touring ala kadar, tetap saja saban lewati sebuah jembatan pasti ada keinginan berhenti. Melongok kiri-kanan. Sekedar mencari bahan visual apa yang bisa beri inspirasi menggugah. Oleh-oleh visual yang bisa dibawa pulang. Bisa jadi ini mulai terjangkiti sejak saya sering intim dengan observasi di sekitar kali Jangkuk.

Pemikiran sederhana. Sebab dari sungai semua zona dan kantung-kantung wilayah terhubung. Semacam sinergi upline-downline.  Gradasi petak lahan, bahan dari dusun kecil.. desa hingga kota. arus ujung Urban sekitar pesisir, dimana semua hal bermuara.

Dan itu selalu kaitkan tanya dan courista. KeinginTahuan yang beranak-pinak. Tentang dan perihal kandungan kisah yang di miliki. Sungai.. jembatan dan  aktivitas sinergi manusia-nya. Kenapa harus ada genangan subsidi sampah.... dan apa cuma bisanya sampah??? Apa gak ada tema selain sampah... banjir limbah un-organik. Kiriman dari atas sana... prilaku yang kerap dianggap sebagai karakter limbah. Kenapa Sungai harus dibebani dengan TPA (Tempat Pembuangan Akhir)... Padahal secara fisik masih bisa di manfaatkan lebih intensif dan lestari.











seputar kali Jangkuk - Ampenan

Jelang lepas pagi...,
Menyeruak terobos sisi jembatan dan hiruk-pikuk pasar Ampenan yang baru di mulai. Aktivitas niaga di bantaran sungai Jangkuk. Gak ada yang lebih menarik dibanding membingkai kegiatan para ibu pemetik kangkung. Komoditas dan konsumsi utama kuliner khas lokal. Kangkung sudah menjadi ikon yang tidak lepas dari karakter lekat Lombok.
Tubuh liuk sungai Jangkuk, merupakan sub-Dodokan (sungai besar). Dimana ada genangan air disitu bercokol para petani kangkung. Seolah berkah lahan kosong layaknya petani umum-nya. Menganggap sungai seperti halnya sawah. Petak lahan basah yang bisa difungsikan sebagai alternatif mata pencaharian. 
Peralihan musim tanam dilakukan sejak awal masuk kemarau. Alasan-nya laju air sungai lebih bersahabat untuk di cocok tanami. Cukup berbekal pancang kayu utama sebagai penambat, dan gerai ambang kangkung indukan akan menjulur sesuai arah lemah arus. Tidak ada batasan resmi dan rambu penentu luasan. Semua pemilik saling berkolaborasi demi tujuan pemanfaatan lahan yang sama. Gak ada jelimet konsep tata ruang :)
Saat memasuki musim penghujan aktivitas tanam kangkung ini akan  segera berakhir. Alasannya, debit air yang bertambah dan besar kemungkinan subsidi gerus banjir akan melibas semua "floating vegetation" tersebut. Kalau-pun ada biasanya para penanam hanya menyisakan sedikit sekedar keperluan konsumsi pribadi. Bukan tujuan komersil.

Secara jenis, cuma ada 2. Kangkung Kali khusus di juluki untuk jenis yang ditanam di sungai. Asupan nutrisi konon lebih alami dan nikmat karena sirkulasi laju dan wadah air yang terus bergerak. Lain lagi debut lokal dibilang Kangkung Pesongoran. Tipe ke-2 ini kebanyakan jenis kangkung yang di pelihara di sawah dan kolam-kolam. Lebih identik kondisi air yang tegenang statis. Opini umum mengatakan bahwa secara kualitas kangkung Kali lebih banyak di nikmati oleh para konsumen. 

Demikian! Begitu rekam dialog yang berhasil saya singkat rangkum. Berbaur sahut celoteh para ibu mengisi senggang kerja. Mengapung dan bersenandung... bersabuk lingkar ban dalam truk. memetik ujung-ujung daun kangkung muda. Fresh dari lahan...diolah demikian rupa, sebentar lagi siap tersaji.. eksotisme pedas pelecing
Nendang cabai... Nendang ala kuliner asal Lombok. Hingga nanti temu jumpa hidangan riel di sajian meja...., Salam pedas dari negri sambal.





buruh angkut siap membantu boyong stan lokasi jualan



Friday, October 19, 2012

Maem... eat it!!!

Instagram.... square framing on both daughter






Thursday, October 11, 2012

belajar Cukil barengan......

Kamis, 4 Oktober 2012
Saya dapet undangan SMS via salah satu rekan Jackers, Reza punk. Agak beda dari kegiatan biasa. Tongkrongan di warung Jack (Taman budaya Mataram) kali ini menggelar aktivitas sore dengan tema menarik. Belajar Cukil. Disajikan oleh oknum utusan dari Komunitas Atap Alis (jakarta). Nama penyaji workshop sederhana ini dipanggil Rangga. (Saya lebih suka menamai lengkap Ranggalawe) Gondrong mix kriwil taste Rasta. Perawakan sedang. Kulit sawo matang. Yang khas adalah hiasan tatto di sebagian pergelangan lengan. Mengingatkan corak khas tatto suku Mentawai. Alur formasi garis. Mirip pamor kayu khas Timoho, atau Berora Pelet, yang julukan sasak-nya disebut Bebet kelindan.

Brosur workshop cukup detil jabarannya. Terkait latar belakang sejarah Cukil di Indonesia. Muasal gerakan sebagai propaganda alur seni dan semangat nuansa protes sosial. Siapa motivator awal hingga panduan komplit rentet bahan dan tahapan cara kerja.
Peralatan Cukil sangat sederhana. gak beda dengan tools wajib para pengrajin ukir tradisional khas sasak. Mata tatah kecil dengan varian beda tehnik ceruk. Memang jauh dari kategori tehnik ukir yang menyajikan sajian hasil ber-dimensi. Secara hasil akhir.
Saya sempat tergelitik. Kenapa dinamai cukil? Padahal Cukil sendiri masih berupa tehnik rangkai pengerjaan (pertanyaan yang belom sempat terlontar saat itu). Dari tehnik Cukil, baru menghasilkan rupa media printing - berupa hamparan tripleks yang sudah terpola motif dan gambar. Cukup rumit loh! karena mengerjaan pola mal/gambar harus di sajikan terbalik. Untuk kemudian melalui balur polesan tinta, stampel gambar yang jadi di pindahkan ke berbagai media lain. Kertas.. Kain... tembok.. T-shirts. Dan sebagainya... sangat fleksibel. Unik.. dan tetap menarik. Makasih pada Komunitas Atap Alis yang telah berkenan berbagi Science & Skill.

Kembali pada Komunitas Warjack,
Harapannya semoga kegiatan macem ini akan lebih banyak lagi. Rutin bergulir. Alternatif opsi berkegiatan sebagai Kantung Kesenian. Syukur bisa menjadi pilot project... bagi tumbuh semi "saku-saku" yang lain. Mendatang... Nyusul. Baur tema urban dan tradisional. 
Cheers!!!


Tentang Atap Alis :
Atap alis merupakan komunitas yang berangkat dari sebuah keinginan untuk mendapatkan ruang berekspresi, ruang penyaluran kreatifitas dan ide yang inovatif. Banyaknya ide di kepala akan menjadi tidak berarti dan sia-sia, jika tidak dituangkan dalam sebuah karya. Berangkat dari niat yang sederhana itulah, Atap Alis ada diantara sesaknya kota metropolitan ini.
Atap alis terbentuk pada Desember 2006. Terdiri dari beberapa orang yang sebelumnya pernah terlibat dalam berbagai macam aktifitas. Awalnya, Atap Alis berkeinginan untuk menciptakan ruang dan diskusi bersama berupa jurnal kebudayaan non profit yang dikerjakan secara kolektif. Seiring berjalannya waktu, ide tersebut lebih dikembangkan dalam bentuk komunitas.
Untuk itulah, kami juga merangkul beberapa pihak dalam mewujudkan berbagai aktifitas. kami sadar, bahwa komunitas ini tidak bisa lepas dari majemuknya manusia urban di Jakarta. Melalui rangkulan itulah, kita bisa belajar dan berkreasi bersama, untuk mencari alternative solusi atas ketidakadilan yang selama ini masih sering terjadi. Dan melalui rangkulan itulah, perubahan social akan dapat dicapai dengan cara kerjasama, pertukaran pengetahuan dan sumber daya yang dikelola secara bersama.
Atap alis juga aktif dalam kegiatan berkesenian baik itu seni propaganda, street art, poster dan workshop bersama. Karena misi atap alis adalah mendorong partisipasi aktif masyarakat untuk membangunan kehidupan yang berkeadilan.

beberapa contoh karya

tools wajib...

Serak alat dan bahan... dan pastinya rokok & kopi

karya semacam emblem... khas protes sosial

mix-match.. multi pernik. Artinya secara kreativitas tindak lanjut
cukil bisa menjadi komoditas ekonomi kreatif... efek finansial :)


proses pewarnaan... dominan hitam


Injak-injak... biar hasil pewarnaan merata